Shorof i'dad Madin Qomaruddin


Fi’il Shahih dan Fi’il Mu’tal

Kata kerja dalam Bahasa Arab / kalimah fi’il, ada yang shahih dan ada yang mu’tal.
Pengertian Fi’il Shahih adalah kalimah fi’il yang bentuk hururf-huruf aslinya, bebas dari huruf illah (و – ا – ي).
Pengertian Fi’il Mu’tal adalah kalimah fi’il yang salah satu atau dua huruf asalnya teridiri dari huruf illah (و – ا – ي).

الصَّحِيْحُ وِالْمُعْتَلُّ

BAB SHAHIH DAN MU’TAL

1. Fi’il Shahih
Adalah kalimah fi’il yang bentuk hururf-huruf aslinya, bebas dari huruf illah (و – ا – ي).
Termasuk golongan Fi’il Shahih adalah:
1. Fi’il Bina’ Shahih/Salim (lihat Bina’ shahih di page Belajar I’lal – BINA’ SHAHIH)
2. Fi’il bina’ Mahmuz (tentang Bina’ Mahmuz di page Belajar I’lal – BINA’ MAHMUZ)
3. Fi’il bina’ Mudha’af (tentang Bina’ Mudha’af di page Belajar I’lal - BINA’ MUDHA’AF)

1. Fi’il Mu’tal
Adalah kalimah fi’il yang salah satu atau dua huruf asalnya teridiri dari huruf illah (و – ا – ي).
Termasuk golongan fi’il mu’tal adalah:
1. Fi’il Bina’ Mitsal  (tentang Bina’ Mitsal di page Belajar I’lal - BINA’ MITSAL)
2. Fi’il bina’ Ajwaf (tentang Bina’ Ajwaf di page Belajar I’lal - BINA’ AJWAF)
3. Fi’il bina’ Naqish (tentang Bina’ Naqish di page Belajar I’lal - BINA’ NAQIS)
4. Fi’il bina’ Lafif Mafruq (tentang Bina’ Lafif Mafruq di page Belajar I’lal - BINA’ LAFIF)
5. Fi’il bina’ Lafif Maqrun  (tentang Bina’ Lafif Maqrun di page Belajar I’lal – BINA’ LAFIF)
◊◊◊
Pengamalan Tashrif  Fi’il Shahih dan Fi’il Mu’tal.
Untuk Bina’ shahih atau Fi’il Salim, ia tidak mengalami perubahan dalam mengikuti standar wazannya (tashrif ishthilahi) pun ketika musnad/disandarkan kepada Isim Dhamir atau Isim Zhahir –tunggal/dual/jamak (tashrif  secara lughawi). Contoh untuk bina’ shahih نَصَرَ :
MUSNAD KEPADAFI’IL MUDHARI’FI’IL MADHI
Orang ketiga male

يَنْصُرُ يَنْصُرانِ يَنْصُرونَ

نَصَرَ نَصَرَا نَصَرُوا

Orang ketiga female

تَنْصُرُ تَنْصُرَانِ يَنْصُرْنَ

نَصَرَتْ نصَرتَا نَصَرْنَ

Orang kedua male

تَنْصُرُ تَنْصُرَانِ تَنْصُرُوْنَ

نَصَرْتَ نَصَرْتُمَا نَصَرْتُمْ

Orang kedua female

تَنْصُرِيْنَ تَنْصُرَانِ تَنْصُرْنَ

نَصَرْتِ نَصَرْتُمَا نَصَرْتُنَّ

Orang pertama

أَنْصُرُ نَنْصُرُ

نَصَرْتُ نَصَرْنَا

Untuk tiap Fi’il selain Bina’ Shahih, diberlakukan juga seperti tashrif Bina’ Shahih didalam mengikuti wazannya  tanpa mengalami perubahan yg berarti, kecuali sebagai berikut:
1. Bina’ Mahmuz, jika pada awal kalimahnya terdapat dua hamzah beriringan, maka hamzah yang kedua diganti Huruf Mad yang sesuai dengan harkah hamzah yang pertama (lihat » Kaidah I’lal ke 11).
→ Pelainan bagi lafazh أَخَذَ – أَكَلَ – أَمَر yang harus membuang hamzah kedua-duanya pada bentuk Fi’il Amarnya menjadi خُذْ – كُلْ – مُرْ.
→ Juga lafazh رَأَىْ dibuang Hamzahnya ‘ain fi’ilnya pada bentuk fi’il mudhari’ dan fi’il amarnya, menjadi يُرَىْ – رَ .
→ Juga lafazh أََََرَىْ yg berwazan أَفْعَلَ dibuang Hamzah  ’ain fi’ilnya pada semua bentuk tashrifannya, menjadi أَرَىْ – يُرَىْ – أَرَ.
2. Bina’ Mudha’af, harus mengalami proses Idgham yaitu memasukkan salah satu dari dua huruf yang sejenis pada salah satu yang lannya, contohمَدَّ – يَمُدُّ. lihat » Kaidah I’lal ke 10)
→  Jika huruf yang pertama berharkah dan yang kedua sukun, maka tidak boleh di-idgham bilamana sukunnya karena bersambung dengan dhamir rafa’ mutaharrik, contoh: مَدَدْتُ – يَمْدُدْن
→ Jika dijazemkan pada Fi’il Mudhari’nya atau jika dibentuk Fi’il Amar. maka boleh memilih dua pilihan; tetap di-idgham atau tanpa di-idgham. contoh: لم يَمُدّ – مُدّ atau لم يَمْدُد – اُمْدُد. Bilamana di-idghamkan maka boleh harkah terakhir diharkati Fathah karena ringan, atau diharkati Kasrah karena asal takhallush, atau diharkati Dhammah karena mengikuti harkah ‘Ain Fi’il-nya. maka untuk lafazh مدّ boleh tiga pemilihan karakah. dan untuk lafadz  عضّ boleh dua pemilihan harakah.
3. Bina’ Mitsal, dibuang Fa’ Fi’ilnya pada bentuk Fi’il Mudhari’ dan Fi’il Amar-nya bilamana ia Bina’ Mitsal Wawiy dan ‘Ain Fi’ilnya ber-harkah kasrah. contoh: يعد – يزن – عد – زن. (lihat » Kaidah I’lal ke 7).
→ Maka tidak boleh dibuang yg seperti contoh ينَعَ – يينَع
→ Pelainan atau Syadz untuk lafazh يدَع – يذَر – يسَع – يضَع – يطَأ – يقَع – يهَب.
4. Bina’ Ajwaf, dibuang ‘Ain Fi’ilnya, jika huruf terakhir disukunkan karena jazm atau dibentuk Fi’il Amar. contoh: لم يقم – لم يبع – لم يخف – قم – بع – خف. (lihat » Kaidah I’lal ke 9 )
→ Demikian juga dibuang Ain Fi’ilnya, bilamana bersambung dengan Dhomir Rofa’ Mutaharrik, contoh: قمت – بعنا – خفتم – يقمن – يبعن – خفن. dalam hal ini huruf pertamanya ada yang diharkati Dhammah ataupun Kasrah, untuk menunjukkan pada bentuk huruf yang dibuang wau atau ya’, seperti contoh قمت dan بعت. dan terkadang diharkati Kasrah untuk menunjukkan pada Harkahnya huruf yang dibuang, seperti kita lihat pada contoh  خفتم.
5. Bina’ Naqish, dibuang Lam Fi’ilnya bilamana bersambung dengan dhamir Wau Jama’ atau Ya’ muannats mukhatabah kemudian pada ‘ain fi’ilnya diharkati dengan harkah yang sesuai dengan huruf dhamir tsb seperti contoh رَضُوا – تَدْعِيْن kecuali jika Lam Fi’ilnya yang dibuang itu berupa Alif, maka ‘Ain fi’ilnya tetap lazim berharkah Fathah contoh: سعَوا – تخشَين.(proses lanjutan dari Kaidah I’lal ke 5 dan juga Kaidah I’lal ke 1)
→ Juga dibuang Lam Fi’ilnya bilamana ia berupa Alif (atau setelah proses Kaidah I’lal ke 1 )dan bersambung dengan Ta’ ta’nits contoh: رَمَتْ – رَمَتَا. Tapi bilamana ia bersambung dengan selain dhamir Wau atau Ya’ (dari dhamir bariz muttashil), maka tidak boleh dibuang akan tetapi dikembalikan pada huruf asalnya (sebelum proses Kaidah I’lal ke 1demikian ini untuk Fi’il tiga huruf contoh غَزَوْتُ – رَمَيْتُ – غَزَوَا – رَمَيَا. dan diganti Ya’ bilamana termasuk pada fi’il empat huruf, contoh: أَغْزَيْتُ – اِهْتَدَيَا – يُسْتَدْعَيْنَ.
6. Bina’ Lafif Mafruq, berlaku pengamalan seperti yang dialami Bina’ Mitsal dan Bina’ Naqish.
7. Bina’ Lafif Maqrun, berlaku pengamalan seperti yang dialami Bina’ Naqish saja.

Mujarrad dan Mazid


Selanjutnya pada subpage “Pembahasan kata kerja” kali ini,  adalah tentang Mujarrad dan Mazid. Sebagian pembahasan ini, telah saya posting pada subpage belajar I’lal.
Kata kerja/kalimah fi’il terbagi menjadi Mujarrad dan Mazid. Fi’il Mujarrad adalah Fi’il yang semua huruf-hurufnya asli. Fi’il Mazid adalah fi’il yang ditambahi satu haruf atau lebih pada huruf-hurufnya yg asli.
Fi’il Mujarrad terdapat dua bagian, Tsulatsi dan Ruba’i:
  • Fi’il Tsulatsi yang Mujarrad (kalimah bangsa 3 huruf asli tanpa tambahan) ada 6 Wazan.Silahkan buka disini
  • Fi’il Ruba’I yang Mujarrad (kalimah bangsa 4 huruf asli tanpa tambahan) ada 1 Wazan.Silahkan buka disini
Fi’il Mazid juga ada dua bagian, Tsulatsi dan Ruba’i.
Fi’il Tsulatsi yang Mazid (kalimah bangsa 3 huruf asli berikut tambahan 1/ 2/ 3 Huruf):
Fi’il Ruba’i yang Mazid (kalimah bangsa 4 huruf asli berikut tambahan 1 / 2 huruf):
Dengan demikian kalimah fi’il dalam bahasa arab, secara pertimbangan jumlah hurufnya terdapat empat bentuk; 3 huruf, 4 huruf, 5 huruf dan 6 huruf. dan kalau dipertimbangkan dari jumlah wazannya terdapat 22 bentuk wazan.
PENTING UNTUK DIKETAHUI…!
  1. Tidak musti semua kalimah fi’il mujarrad bisa diberlakukan untuk fi’il mazidnya, contoh: لَيسَ، “bukan” خَلا “selain” dan semisalnya dari semua fi’il Jamid. Begitupun sebaliknya tidak musti tiap kalimah fi’il bentuk mazid bisa berlaku untuk bentuk mujarradnya, contoh: اجْلَوَّذَ, “tergesa-gesa” اعْرَنْدَى “mengeras” dan semisalnya dari fi’il-fi’il yang berwazan افْعَوَّلَ atau افْعَنْلَى . Begitupun juga tidak musti bentuk fi’il mazid yang satu, bisa dipakai bentuk fi’il Mazid yang lain, akan tetapi semua pemakaian bentuk kalimah terlaksana secara sima’i atau bawaan bangsa Arab. Kecuali sebagai pelainan, yaitu untuk Fi’il-fi’il Tsulatsi Lazim yang akan kita Muta’addikan dengan cara memasang Hamzah pada awal kalimah, misalnya: خَرَجَ “keluar” dimuta’addikan menjadi أَخْرَجَ “mengeluarkan”.
  2. Bilamana pada fi’il madhi itu berpola wazan فَعَل (‘ain fi’ilnya berharkah fathah), maka dapat dipastikan bahwa bentuk fi’il mudhari’nya berwazan antara يَفْعَلُ atau يَفْعُلُ atau يَفْعِلُ. (‘ain fi’ilnya berharkah fathah/dhammah/kasrah). Dan bilamana fi’il madhi itu berwazan فَعِل (‘ain fi’ilnya berharkah kasrah), maka dapat dipastikan bahwa bentuk fi’il mudhari’nya berwazan يَفْعَلُ atau jarang berwazan يَفْعِلُ (‘ain fi’ilnya berharkah fathah/kasrah) saja. Dan bilamana fi’il madhi itu berwazan فَعُل (‘ain fi’ilnya berharkah dhammah), maka dapat dipastikan bahwa bentuk fi’il mudhari’nya berwazan يَفْعُلُ (‘ain fi’ilnya berharkah dhammah) saja.
  3. Wazan-wazan fi’il bangsa tiga huruf yang paling banyak ditemukan dalam penggunaanya menurut urutannya adalah sebagai berikut: pertama yang paling banyak ditemukan adalah kalimah fi’il berpola wazan فَعَلَ – يَفْعُلُ , berikutnya wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ , kemudian wazan فَعَلَ – يَفْعَلُ , kemudian wazan فَعِلَ – يَفْعَلُ , kemudian wazan فَعُلَ – يَفْعُلُ , hingga yang paling jarang yaitu berpola wazan فَعِلَ – يَفْعِلُ.
  4. Untuk mengamati wazan kalimah bagsa tiga huruf, perlu diperhatikan adalah bentuk wazan fi’il madhi-nya berikut fi’il mudhari’nya secara bersamaan, dikarenakan berbeda-bedanya bentuk fi’il mudhari’ untuk satu pola wazan fi’il madhi. Dan ada juga yang cukup memperhatikan bentuk Fi’il Madhinya saja, yaitu untuk tiap-tiap kalimah yang berwazan fi’il madhi dengan satu bentuk fi’il mudhari tanpa berbeda-beda, seperti wazan فَعُلَ dengan satu bentuk fi’il mudhari’ يَفْعُلُ.
  5. Ketentuan kalimah fi’il tsulatsi dalam mengikuti suatu wazan tertentu dari 6 wazan tsulatsi mujarrad di atas, bergantung pada ketentuan secara sima’i dari orang arab. Maka tidak bisa dikokohkan melalui pengetahuan secara kaidah-kaidah. Kecuali ada sedikit kemungkinan yang paling mendekati dengan melihat kaidah-kaidah berikut ini:Untuk Fi’il Madhi yang ‘ain fi’ilnya berharkah fathah, apabila huruf awalnya (fa’ fi’ilnya) terdiri dari huruf hamzah atau wau, maka lazimnya banyak berpola wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ contoh: أسَر – يأسِر | أتَى – يأتِي | وعَد – يعِد dan tidak lazim seperti contoh: أخَد – يأخُذُ | أكَل – يأكُل | أمَر – يأمُر .Apabila fi’il madhinya termasuk kalimah bina’ Mudha’af yang Muta’addi, maka yang banyak berpola wazan فَعَلَ – يَفْعُلُ seperti contoh: مدَّ – يمُدُّ | صَدَّ – يصُدُّ dan apabila terdiri dari Bina’ Mudha’af Lazim maka yang banyak berpola wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ seperti contoh:خّفَّ – يخِفّ | شدَّ – يشِدّ .
    Apabila fi’il madhinya termasuk kalimah bina’ Ajwaf ya’iy atau bina’ Naqish ya’iy, maka yg banyak ikut wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ seperti: باع – يبيع | رمَى – يرمِي dan bilamana termasuk bina’ ajwaf wawi atau Naqish wawi, maka yg banyak ikut wazan فَعَلَ – يَفْعُلُ seperti: قَام – يقُوم | دعَا – يدعُو . dll.
  6. Semua Fi-il-fi’il yang berpola wazan فَعُلَ – يَفْعُلُ semuanya adalah fi’il lazim. kata kerja seperti wazan ini adalah menunjukkan tabi’at/sifat/watak. seperti contoh:  ظرُف – فضُل – حسُن – قبُح “cerdas” – “utama” – “bagus” – “jelek”. dll.
  7. Semua Fi-il-fi’il yang berpola wazan فَعِلَ – يَفْعَلُ  apabila ia Lazim, maka sering menunjukkan tentang kebahagiaan atau kesusahan. contoh: طَرِبَ “bingung” فَرِحَ “gembira” حَزِنَ “sedih”. atau sering menunjukkan tentang Berisi atau Kosong seperti شبِعَ “kenyang” عطِش “haus”. atau banyak menunjukkan tentang cacat atau sempurna. contoh عَمِشَ “trahum/mata kabur/min” غيِدَ “bengkok/miring” dll.
  8. semua fi’il yang berwazan فَعَلَ – يَفْعَلُ dapat dipastikan ‘Ain fi’il atau lam fi’il-nya terdiri dari huruf Halaq (ح – خ – ع – غ – هـ – أ). contoh: فتَح – نشَأ dll.

Fi’il Madhi, Fi’il Mudhari’, Fi’il Amar



Kata kerja atau Kalimah Fi’il terbagi tiga:
1. Fi’il Madhi – Kata kerja Bentuk Lampau:
Kata kerja menunjukkan kejadian bentuk lampau, sebelum masa pembicara. Seperti قَرَأَ “Telah membaca”. Tanda-tandanya adalah dapat menerima Ta’ Fa’il dan Ta’ Ta’nits Sakinah. Seperti قَرَأْتُ “Aku telah membaca” dan قَرَاَتْ “Dia (seorang perempuan) telah membaca”.
2. Fi’il Mudhori’ – Kata kerja bentuk sedang atau akan:
Kata kerja menunjukkan bentuk kejadian saat berlangsung atau akan berlangsung, di masa pembicara atau setelahnya.
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi saat berlangsung dengan dimasukkannya Lam Taukid dan Ma Nafi. Seperti:
قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ
Berkata Ya’qub: “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ
…Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati…
Dapat dipastikan kejadian itu terjadi akan berlangsung dengan dimasukkannya س, سوف, لن, أن, ان. Seperti:
سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى
dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنظُرْ إِلَيْكَ قَالَ لَن تَرَانِي
berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.” Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku
وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
وَإِن يَتَفَرَّقَا يُغْنِ اللَّهُ كُلاًّ مِّن سَعَتِهِ
Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya.
Tanda-tanda Fi’il Mudhori’ adalah: bisa dimasuki لَمْ seperti contoh: لَمْ يَقْرَأْ artinya: tidak membaca. Ciri-ciri Kalimah Fi’il Mudhari’ adalah dimulai dengan huruf Mudhoro’ah yang empat yaitu أ – ن – ي – ت disingkat menjadi أنيت.
Huruf Mudhara’ah Hamzah dipakai untuk Mutakallim/pembicara/orang pertama tunggal/Aku. contoh أضرب
Huruf Mudhara’ah Nun dipakai untuk Mutakallim Ma’al Ghair/pembicara/orang pertama jamak/Kami. contoh نضرب
Huruf Mudhara’ah Ya’ dipakai untuk Ghaib Mudzakkar/orang ketiga male, tunggal, dual atau jamak/dia atau mereka. contoh يضرب, يضربان, يضوبون, يضربن
Huruf Mudhara’ah Ta’ dipakai untuk Mukhatab secara Mutlaq/orang kedua male atau female, juga dipakai untuk orang ketiga female tunggal dan dual. contoh تضرب, تضربا, تضربون , تضربين, تضربن
3.  Fi’il Amar – Kata kerja bentuk perintah :
Kata kerja untuk memerintah sesuatu yang dihasilkan setelah masa pembicara. contoh: اقْرأْ = bacalah.
Tanda-tandanya adalah dapat menerima Nun Taukid beserta menunjukkan perintah. contoh اقْرَأَنَّ = sungguh bacalah.

Komentar